Senin, 27 September 2010

Aku dan Pertanyaanku

Nganga luka ini semakin nyata. Derita akan sebuah pesona kemewahan.
Hamparan kemulyaan yang terbungkus oleh kemurahan senyuman, kelembutan
pengertian, juga indahnya ucapan. Gerus rasa di jiwa seketika. Kau
tancapkan pedang dikala risauku mulai tak karuan. Tersungkur sendirian
melewati pekatnya malam. Aku terjaga dengan ribuan kegundahan.
Kekosongan akan cara mengukur kehancuran, keruntuhan akan padamnya asa.
Getir dan hampa ..
Aku, disini – dengan rasa penasaran hebat. Mempertanyakan, cerita apalagi yang akan dibawa mentari pagi.
Aku dan ‘belati’. Aku dan ‘kemungkinan’. Aku dan ‘sunyi’. Aku dan ‘kehampaan’. Berdiri bersebelahan dengan rentannya ‘kematian’…
Aku, yang mereka bilang – gambaran kesendirian!
Susahnya mencari sebentuk mimpi indah. Ternyata,
membawaku ke lembah hebatnya gundah. Penghayatan akan resah. Menyelamatkan diri
melalui hisapan rokok. Hembuskan asap dalam ketenangan. Kegamangan bahkan.
Tenang tapi menenggelamkan. Fokus memikirkan
penyelamatan akan sebuah kisah. Laju maju ataupun mundurnya perasaan. Ketika
tak ada hal yang harus aku pikirkan ketika menatap kosong lembaran berwarna
putih ini. Satu-satunya cara menyelamatkan diri hanyalah menuliskan setiap
fakta kehidupan yang, sungguh, tak mau aku simpan. Aku tak mau berdiam diri
saja. Dan tak mungkin bisa.
Ribuan kali aku coba bertahan, dan disaat yang bersamaan kau
selalu meyakinkan. Mengulurkan tangan. Menyajikan manis dibelantara kepahitan.
Menghapus bayang-bayang kerapuhan. Tapi, kini, semua berkebalikan. Bahkan, kau tak
disini, meski hanya untuk melihatku terjatuh. Merasakan sedikit penderitaan
masamku-pun, TIDAK !!!